6/8/2010 | 26 Sya'ban 1431 H
Oleh: Tim dakwatuna.com
dakwatuna.com – Nilai bulan suci Ramadhan sangatlah luas. Setiap kali kita menggali, maka semakin dalam kita mendapatkan hikmah dan kebaikan yang terkandung di dalamnya. Inilah rahasia kenapa Rasulullah saw. memberi kabar gembira kepada para sahabatnya ketika bulan suci ini tiba: “Sunggguh telah datang menemui kalian, bulan penuh berkah…” Subhanallah! Ungkapan berkah itu mewakili seluruh nilai dan makna kebaikan dalam Islam.
Bulan suci Ramadhan mengkondisikan seorang muslim untuk hidup secara seimbang. Seimbang dalam materi dan ruhani, seimbang dalam fisik dan qalbu, sekaligus seimbang dalam urusan duniawi dan ukhrawi. Ini dibahas penulis di bagian awal dari buku ini.
Keagungan dan keberkahan Ramadhan bisa diraih ketika gelora semangat dalam diri seorang muslim menguat dan mampu menaklukkan syahwat diri, sebab hanya jiwa yang menggelora dan tekad yang membaja yang mampu melaksanakan perintah Allah swt. Bukankah dulu langit, bumi, dan gunung enggan menerima amanah ibadah, lalu dengan beraninya manusia menerimanya. Sungguh, ini membutuhkan semangat berlebih dan tekad yang kuat, tidak terkalahkan oleh kemalasan dan kekerdilan jiwa.
Setelah pembahasan ini, penulis juga menyuguhkan tips-tips ringan dan teknik-teknik sederhana agar keagungan dan keberkahan bulan suci Ramadhan ini bisa diraih. Mengawali Ramadhan dengan berdoa, memuji Allah, bergembira, membuat target, menyiapkan rencana, melaksanakan rencana tersebut dan mengevaluasinya, serta mengakhirinya juga dengan doa, sehingga seakan semua amaliyah ini menjadi siklus yang terus berputar, saling merajut dan menguatkan.
Penulis juga menghadirkan study komparatif dan informasi pembanding antara perilaku shalafalus shaleh di dalam mengisi Ramadhan dan antara generasi sekarang ini. Kesuksesan bisa diukur jika ada pembandingnya. Tentu, salafus shaleh ibaratnya sebuah kaca benggala bagi generasi sekarang dalam upaya terus melakukan perbaikan diri. Sebab, “Umat zaman sekarang ini tidak akan menjadi baik, kecuali jika umat zaman ini mengikuti apa yang menjadikan umat terdahulu menjadi baik.” (Imam Malik ra.)
Bagi yang tidak siap dengan agenda kegiatan Ramadhan, bulan ini lewat serasa singkat dan cepat berlalu. Sehingga dibutuhkan upaya serius untuk mengatur waktu kita. Masing-masing kita dikaruniai Allah swt. waktu 24 jam sehari, semua sama. Namun ada model orang yang bisa mengendalikan dan mengatur waktu dengan sebaik-baiknya, waktunya sangat berkah. Namun tidak sedikit orang yang dikendalikan waktu, kelihatan sibuk dengan urusannya sendiri, sampai lupa dengan ibadah, lupa kepada Allah swt., padahal ini di bulan suci. Bagaimana cara mengendalikan waktu?, itu juga dibahas di buku ini.
Ada pernik-pernik ibadah yang secara khusus hendaknya dilaksanakan, untuk meraih berjuta kebaikan. Contohnya tilawatul Qur’an dengan target khatam bilangan tertentu, shalat berjama’ah di masjid dengan tidak ketinggalan takbiratul ihram imam rekaat pertama, shalat 2 reka’at sunnah dhuha setelah matahari terbit, yang merupakan rangkaian shalat subuh berjama’ah dengan tidak meninggalkan masjid terlebih dahulu, doa tidak tertolak, melaksanakan shalat sunnah dengan bilangan tertentu, melaksanakan umrah, dan meraih kebaikan sepanjang umur, meraih lailatul qadar. Semua ini penulis hadirkan dengan kupasan sederhana dengan dalil-dalil yang shahih.
Karana Ramadhan juga memberi kesempatan bagi umat muslim untuk mendapatkan sebanyak-banyak ilmu, itu terlihat dari adanya berbagai kegiatan keilmuan sepanjang hari Ramadhan, maka dalam buku ini juga penulis hadirkan ilmu dan informasi yang terkait dengan sejarah penting umat Islam dan tokoh besar Islam yang terjadi di bulan suci ini. Subhanallah!, ternyata hari-hari Ramadhan merekam jejak prestasi gemilang umat Islam, dalam lintasan sejarahnya.
Sukses dalam suatu hal tertentu, ditentukan oleh bagaimana kondisi akhir dari hal tersebut. “Al-amru bilkhawaatim.” Sebut saja, sebagai misal lari maraton; sang pemenang adalah yang mampu melampai lawan-lawannya dan sampai finish di paling depan. Begitu juga dengan ibadah Ramadhan, yang sukses dari ibadah ini, bukan yang rajin di awal Ramadhan saja, setelah itu menghilang dari kebaikan dan ibadah, wal-‘iyadzubillah. Tapi muslim yang sukes menjalani Ramadhan adalah yang mampu mengawali dan mengakhiri Ramadhan dengan istiqamah, beri’tikaf untuk meraih lailatul qadar.
Yang penting untuk dijaga adalah bahwa seorang muslim, tidak musiman dalam melaksanakan ketaatan dan ibadah kepada Allah swt. Kapan pun dan di mana pun, seorang muslim selalu menyenandungkan: “Katakanlah, sesungguhnya shalatku, ibadah sunnahku, hidup dan matiku hanya untuk Allah. Tuhan seru sekalian alam.” Sehingga ia tidak menjadi muslim yang taat di bulan suci Ramadhan saja, namun berubah seperti semula, atau kembali ke habitatnya semula tanpa ada perubahan dalam hidupnya. Sehingga wasiat yang perlu kita pegang teguh adalah: “Jadilah kamu hamba Rabbani, janganlah menjadi hamba Ramadhani.”
Muslim yang demikianlah yang sukses dari penggemblengan univeristas Ramadhan, ia menjadi alumni yang berprestasi; prestasi taqwa, prestasi Ar-Rayyan, insya Allah.
Semoga buku ini bisa menjadi upaya pencerahan umat Islam dalam mengisi Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Karena Ramadhan merupakan hadiah Allah swt. untuk insan beriman, sehingga kehidupan pribadinya, keluarga, masyarakat bahkan kehidupan negerinya akan berubah menjadi lebih baik. Sebab kesuksesan suatu ibadah harus berdampak pada perubahan perilaku individu, kelompok, masyarakat dan bangsa. Berbagai penyakit individu dan sosial semoga bisa dikikis dengan bukti suksesnya umat Islam dalam menjalani amaliyah ibadah, wabilkhusus ibadah Ramadhan, insya Allah. []
Friday, August 6, 2010
Tuesday, July 20, 2010
Monday, July 12, 2010
Hayu: Belajar .. belajar dan belajar
"Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim dan muslimat"
"Carilah ilmu, walaupun sampai ke negeri China"
"Tuntutlah ilmu dari masa buaian sampai ke liang lahat"
"Carilah ilmu, walaupun sampai ke negeri China"
"Tuntutlah ilmu dari masa buaian sampai ke liang lahat"
Wednesday, March 17, 2010
"Aku Bebaaaaaaas.."
Subhanalloh, senang rasanya bisa menemani murid-murid saya 'rihlah" ke suatu tempat di Ciwidey sana.Alamnya yang segar mengingatkan ku pada 20 an tahun yang lalu, sama sayapun seperti mereka yang merasa "bebas" setelah setahun penuh belajar dan belajar.
Namun bukan kebebasan yang sebebas-bebasnya, sebab sekembalinya nanti sudah harus siap kembali bertempur dengan hitungan dan hafalan yang mesti disetor ke Bapak dan Ibu guru.
Disela-sela kegiatan bermain seorang siswa yang diminta untuk menyampaikan temuan dilapangan sebagi refleksi pembelajaran di indoor berbicara tentang sebuah pohon besar dengan akar menghujam, cabangnya tinggi menjulang, daunnya lebat dan rindang. Ia menyitir sebuah ayat Qs. Ibrohiim ayat 24.
Bahwa seperti sebuah pohon yang baik, seorang mukmin yang baik adalah mereka yang mempunyai keimanan kuat dan menghujam di dadanya, tidak tergoyahkan. Sedang orang lain merasa senang ketika berada di dekatnya karena teduh dan nyaman sebagaimana pohon itu menaungi orang-orang yang sesekai berteduh di bawahnya. Kemudian seseorang yang beriman senantiasa memberi berupa hal materi dan immateri.
Pendek kata mukmin adalah manusia yang wajib ada, yang keberadaannya sangat dinanti dan dicari manusia yang lainnya. Setuju .... sahut temen-temennya menyoraki dan menyemangati siswa tersebut.
Saya tertegun dan mencoba mengingat kembali isi temuan pada ceramah siswa tersebut, dan sebuah kesimpulan kedepan yang ingin saya lakukan adalah "menanam bibit pohon itu, semoga"
Sunday, January 10, 2010
Farewell ... Eva
Eva, a student and my Companions are now going ahead. He was a smart student and humble, aspired to become a good Muslim who runs the shari'ah.
Goodbye ...Eva
Please welcome Him with cheerful
He embrace with all your love
Abi sure he loves you as you love Him.
Farewell .... Eva
Goodbye ...Eva
Please welcome Him with cheerful
He embrace with all your love
Abi sure he loves you as you love Him.
Farewell .... Eva
Subscribe to:
Posts (Atom)